Senin, Januari 28, 2013

Mt. Gede Trips

Gunung gede pangrango atau biasa dikenal dengan sebutan TNGP (Taman Nasional Gede Pangrango) adalah salah satu dari banyak gunung yang menjadi sasaran lo lo orang yang suka mendaki gunung, atau kegiatan alam lainnya, bahkan hebatnya, anak anak muda jaman sekarang ini malah mendaki gunung ini cuma untuk pacaran semata *Coba itu pacaran sampe harus mojok di gunung, stop!! kembali ke jalan yang lurus. hehe..
Gunung Gede berada dalam ruang lingkup Taman Nasional Gede Pangrango, yang merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun 1980. Gunung ini berada di wilayah tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi, dengan ketinggian 1.000 – 3.000 m. dpl, dan berada pada lintang 106°51′ – 107°02′ BT dan 64°1′ – 65°1 LS. Suhu rata-rata di puncak gunung Gede 18 °C dan di malam hari suhu puncak berkisar 5 °C, dengan curah hujan rata-rata 3.600 mm/tahun. Gerbang utama menuju gunung ini adalah dariCibodas dan Cipanas.
Gunung Gede diselimuti oleh hutan pegunungan, yang mencakup zona-zona submontana, montana, hingga ke subalpin di sekitar puncaknya. Hutan pegunungan di kawasan ini merupakan salah satu yang paling kaya jenis flora di Indonesia, bahkan di kawasan Asia. *ga heran kan kalau banyak orang yang milih ini gunung cuma buat pacaran, ehh!! mendaki maksudnya hehe..
Selain terkenal dengan taman nasinal dan tempat konservasi, gunung gede juga banyak menyimpan obyek obyek wisata alamnya. chak it out!

Selasa, Januari 22, 2013

Caving

Caving atau penelusuran gua, boleh dibilang cukup lama dikenal Indonesia. Persisnya kegiatan ini sudah mulai marak tahun 1980 - an, ketika Persatuan Speleologi dan Caving Indonesia (Specavina) dibentuk di Bogor dengan tokoh-tokohnya antara lain dr. Ko King Tjoen, Norman Edwin ( alm ), Dr. Budi Hartono, dan Effendi Soleman. Mulailah dari sini kegiatan yang jadi hobi baru kala itu menyebar, terutama di kampus - kampus.
Hobi ini agaknya di awal perkembangannya terseok - seok karena yang didalaminya tak melulu keterampilan fisik saja namun juga aspek ilmiahnya. Selain, peralatan yang dibutuhkan pun sulit dibeli di sini. Specavina, ketika itu pula agak selektif membagi ”ilmu” pada peminat. Hanya mereka yang memiliki latar belakang keilmuan atau yang menyukai pengetahuan tentang speleologi yang boleh bergabung. Specavina sebagai pelopor ketika itu sengaja lebih menonjolkan unsur ilmiahnya (speleologi) ketimbang ”olahraganya” (caving)

Minggu, Januari 20, 2013

Climbing

Panjat tebing pertama kali dikenal di kawasan benua Eropa tepatnya di kawasan pegunungan Alpen sebelum perang Dunia I. Pada awal tahun 1910 dinegara Austria mulai diperkenalkan penggunaan peralatan-peralatan yang digunakan untuk menunjang dalam kegiatan panjat tebing seperti carabiner (cincin kait) dan piton (paku tebing) yang pada saat itu masih terbuat dari besi baja. Dan berawal dari situlah para pendaki dari Austria dan Jerman mulai mengembangkan peralatan dan teknik olah raga ini. Seiring waktu yang terus berjalan peralatan olah raga ini banyak mengalami inovasi, terutama pada bahan pembuatannya, uji kekuatan gaya tariknya, kepraktisan penggunaan alat serta prosedur keamanan alat yang telah distandartkan.
Di Indonesia olahraga panjat tebing sendiri telah terbentuk sejak tahun 1988 yang memiliki organisasi yang pada saat itu bernama FPGTI (Federasi Panjat Gunung Dan Panjat Tebing Indonesia) yang kemudian berganti nama dengan FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) sampai sekarang ini.


Minggu, Januari 13, 2013

Mengenal Jenis Gunung dan grade Pendakian

Pada garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu gunung berapi/aktif dan tidak aktif. Berdasar bentuknya dibagi menjadi :
  1. Gunung berapi perisai (Gunung berapi lava) == seperti perisai
  2. Gunung berapi strato
  3. Gunung berapi maar == Gunung berapi yang meletus sekali dan segala aktivitas vulkanisme terhenti, yang tinggal hanya kawahnya saja.
Macam dan tingkat pendakian gunung macam pendakian, yaitu pendakian gunung bersalju (es) dan gunung batu. Keduanya mambutuhkan persiapan dan perlengkapan yang matang. Menurut Club "Mountaineers", Seatle Washington, dasar pembagian tingkat pendakian ada dua cara.

1. Berdasar penggunaan alat teknis yang dipakai ( class)
  • class 1 ; lintas alam tanpa bantuan tangan
  • class 2 ; dibutuhkan bantuan tangan
  • class 3 ; pendakian yang mudah memerlukan kaki dan tangan dalam mendaki, tali mungkin dibutuhkan oleh pemula
  • class 4 ; pendakian memerlukan tali pengaman
  • class 5 ; dibutuhkan tali dan pengaman peralatan lain seperti : piton, runner, chocks dll
  • class 6 ; mandaki dengan tali dengan peralatan bantuan sepenuhnya berpijak diatas paku tebing, memenjat rantai sling atau mengunakan stirupss