Jumat, April 05, 2013

Mt.Cikuray 2821 Mdpl "Swiss Van Java"


Mt.Cikuray 2821 Mdpl

Di Garut ada gunung tertinggi, namanya Gunung Cikuray. Dan karena tertinggi jadi mudah di lihat dari berbagai arah di Garut. Serta merupakan mantan gunung berapi yang kini tak aktif lagi, Gunung Cikuray terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia. Gunung Cikuray mempunyai ketinggian 2.821 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan merupakan gunung tertinggi keempat di Jawa Barat setelah tiga gunung lainnya yaitu, Gunung Ceremai (3078 mdpl), Gunung Pangrango (3019 mdpl), dan Gunung Gede (2958 mdpl). Gunung Cikuray  terletak persis di tengah-tengah  Kabupaten  Garut  Propinsi Jawa  Barat yang dikelilingi oleh 5 kecamatan yaitu Cilawu, Cigedug, Cikajang, Banjarwangi, dan Bayongbong. Gunung Cikurai mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane dan Hutan Ericaceous.
Menurut para ahli sejarah, Gunung Cikuray awalnya bernama Srimanganti. Di lereng gunung ini pada zaman dulu terdapat mandala (pemukiman para pendeta), yang menjadi tujuan untuk menuntut dan mengaji bermacam-macam ilmu. Mandala ini diberi nama Gunung Larang Srimanganti. Di tempat inilah tradisi kerajaan Sunda dalam bidang tulis-menulis berlangsung sampai abad ke-17. Banyak naskah Sunda kuno yang ditulis saat itu dan menjadi obyek penelitian para ahli sejarah hingga kini. Naskah-naskah itu saat ini tersimpan diKabuyutanCiburuy,Cigedug,Garut.
            Selain itu, sejak abad ke-19 lereng Cikuray mulai dibuka untuk lahan perkebunan teh. Salah satu perkebunan teh yang terkenal saat itu adalah Perkebunan Waspada, yang berada di sekitar wilayah Cikajang. Perkebunan ini dikelola oleh Karel Frederik Holle (K.F. Holle) yang dikenal juga sebagai penasihat pemerintah kolonial Belinda untuk urusan masya¬rakat pribumi. Waspada menjadi terkenal karena Holle menjadikan perkebunan ini sebagai tempat bereksperii-nen yang menggabungkan bisnis dan idealisms kebudayaan dengan tujuan memberdayakan masyarakat pribumi. Mika lahirlah dari tempat ini berbagai inovasi di biding kebudayaan dan pertanian, di antaranya pembudidayaan ikan air tawar, peternakan domba, dan sistem sengked untuk lahan pertanian.

Cikuray yang identik dengan sebuah kerucut raksasa adalah salah satu gunung yang terletak di selatan kota Garut Jawa Barat. Gunung yang termasuk dalam kelompok pegunungan muda ini dikategorikan sebagai gunung yang non aktif. Meskipun gunung ini indah, tetapi termasuk jarang didaki dan dijamah dan harus mengakui kepopuleran gunung lainnya seperti Gunung Gede Pangrango ataupun Gunung Ciremay. Untuk mencapai lokasi pendakian, pendaki bisa memulai dari Cilawu, selanjutnya menuju perkebunan Dayeuh Manggung, sebelum memulai pendakian menuju puncak gunung ini.

            Seperti karakteristik dari gunung-gunung lain yang memilikik bentuk seperti ini, mata air mengalir akan sulit ditemukan atau bahkan tidak terdapat sama sekali dalam perjalanan menuju ke puncak gunung, dan mata air yang ada di gunung ini pun hanya ditemukan di bawah (Cilawu atau Dayeuh Manggung). Oleh karena itu para pendaki sebaiknya membawa persediaan air yang cukup.
Jika ingin merasakan kejantanan dari trek gunung cikuray, khususnya buat para pendaki yang berasal dari jakarta dan sekitarnya, bisa menuju terminal garut, lalu naik angkot ke desa cilawu, dari desa itu bisa dilanjutkan dengan berjalan kaki ekitar 2-3 jam, atau nyarter pickup 30 menit, atau bisa juga naik ojek (30 Rb/orang) menuju pos pemancar (titik 0 pendakian), disana sistem registrasinya masih bersifat swadaya, disini sumber mata air pertama.
Pendakian pertama melewati perkebunan teh, namun treknya cukup terjal dan licin, ketika mencapai batas vegetasi, atau biasa desebut pintu rimba, barulah terasa kejantanan dari trek gunung cikuray ini, kurang lebih 1-2 jam barulah sampai di pos 1, disana ada pipa air yang sudah bocor, dan biasa dijadikan mata air “terkahir” di gunung ini oleh para pendaki, dan memang setelah ini tidak ada lagi sumber air. Trek hingga ke puncak cikuray terbilang berat karna terdiri dari akar akar pohon, bebatuan besar, juga tanah yang licin, di tambah petunjuk petunjuk yang kurang jelas, juga management air yang harus sangat matang, agar tidak terkena dehidrasi, gunung ini mempunyai 2 puncak, yaitu di pos 6 atau ‘Puncak semu’ dan puncak aslinya 2821 Mdpl.
Namun, walaupun keadaan gunung cikuray yang disebut sebut sebagai “Swiss Van Java” nya kota dodol itu, gunung ini menyimpan banyak cerita yang terkadang membuat kita merasakan hal hal yang negative. Gunung Cikuray ini pernah menelan korban sekitar 2 tahun silang, korban bernama Reni Komalasari (18), pecinta alam asal tangrang, ia dinyatakan hilang setelah 7 hari pencarian yang tak kunjung membuahkan hasil, ia bersama 13 rekan lainnya sedang menuruni puncak, ketika sampai di pos 6 atau biasa disebut “puncak semu” kelompok mereka sempat terjadi konfli, sehingga terbelah menjadi 2 kubu, kelompok satu yang ingin buru buru turun berjumlah 8 orang, dan kelompok reni yang sudah kelelahan berjumlah 5 orang, ketika sampai di puncak semu, mereka beristirahat, dan ke 3 temen reni turun bermaksud untuk mencari air, tinggalah reni dan seorang kawannya menunggu di pos 6 itu, namun karna waktu yang cukup lama, dan keganjalan di salah seorang itu, maka salah satu dari mereka turun berniat untuk memanggil ketiga temannya yang turun mencari air yang tak kunjung kembali, ketika temannya kembali dan ia sudah menemuka reni sudah tidak ada di tempat itu, hanya ada jejak sepatu yang terpeleset di bantalan jurang, diduga itu adalah sepatu reni. Pada saat itulah reni dinyatakan hilang, dan tim Relawan, Basarnas, Gegana, Wanadri, serta warga sekitar mencarinya, namun sampai sekarang belum juga ditemuka jasad reni.
Juga sempat terdengar suara sinden jawa di sekitar pos 2 ke pos 3, pada waktu itu rekan kami, seorang perempuan yang menjadi korban, ia mengatakan bahwa sekitar pukul 5 sore, di trek pos 2 – pos 3, ia mendengar seperti suara adzan maghrib, namun setelah ia memastikan waktu, ternyata baru pukul 5 sore, ada sebuah kejanggalan hati kalo mendengar adzan maghrib tapi masih jam  sore, lalu dia mendengarkan sekali lagi dengan seksama, ternyata yang terdengar oleh kupingnya itu bukanlah suara adzan, melainkan suara “Sinden Jawa”. Sampai di rumah, saya mencari tahu tentang kebenaran sinden jawa yang terdengar di trek gunung cikuray via internet, namun belum terdengar kebenaran dan asal muasal sinden jawa tersebut.

Tidak ada komentar: